KITA BELUM JADI APA APA

Tegar sedang berjalan mengikuti Rangga dari belakang bahkan tidak mempedulikan saat Erwin mengoceh dan meminta Tegar untuk berhenti mengikutinya.

Hingga akhirnya mereka akrab dan Rangga mau menerima Tegar sebagai temannya sehingga saat di sekolah ataupun pulang mereka selalu bersama. Tegar selalu menemani Rangga berjalan menuju rumahnya yang tidak jauh dari terminal.

Rangga bilang bahwa rumah Tegar searah dengan terminal dan berjalan bersama Tegar lumayan tidak membuat perjalanan merasa melelahkan walaupun cukup jauh.

Hal itu terus berlanjut hingga pada suatu hari Rangga merasa curiga dengan Tegar yang selalu tidak mau saat Rangga hendak menemaninya menunggu angkutan.

Saat itu saat Rangga seharusnya pulang justru ia memperhatikan Tegar dari jauh dan benar saja semua keanehan terjawab sudah. Tegar menaiki sebuah mobil pribadi mewah yang berhenti tepat di terminal.

Rangga sudah curiga sejak pertama kali Tegar yang seperti anak orang kaya kenapa harus naik angkutan umum. Tentu saja Erwin marah dengan Tegar yang membohonginya dan mereka bertengkar cukup hebat keesokan harinya.

Saat itu ucapan Tegar menyadarkan Rangga “Gue bukan mau nipu elo tapi gue benaran mau bersahabat sama elo nga” ucap Tegar.

“Kenapa anak orang kaya mau main sama anak pemulung kaya gue”

Tegar mendaratkan tonjokan tepat di wajah Rangga hingga ia jatuh tersungkur “Yang kaya itu orang tua gue sama yang pemulung itu orang tua elo, bukan kita. Saat ini kita belum jadi apa-apa. Gue tulus mau temenan sama elo yang juga tulus sama gue, enggak pernah manfaatin uang gue”

Rangga menangis terharu mendengar sahabatnya yang selama ini rela berbohong dan jalan jauh demi bersamanya.