Dikutip dari Detik Sulsel, Ki Hajar Dewantara membentuk tiga semboyan yang diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia sebagai berikut:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo2. Ing Madyo Mangun Karso
3. Tut Wuri Handayani
Ing Ngarso Sung Tulodo
“Ing Ngarsa” artinya di depan. “Sung” berasal dari kata “asung” yang berarti memberi. Dan “Thulada” bermakna teladan atau contoh yang baik.
Sehingga secara harfiah, Ing Ngarsa Sung Tuladha bermakna siapa yang di depan haruslah memberi contoh yang baik. Contohnya dalam lingkungan keluarga, orang tua adalah pemimpin yang ada di depan, karena itu ia harus memberikan contoh teladan bagi anak-anaknya.
Begitu juga dalam dunia pendidikan, guru sebagai tenaga pendidik bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan. Melainkan juga harus memberikan contoh dan suri tauladan kepada murid-muridnya.
Ing Madyo Mangun Karso
Kalimat kedua dalam semboyan tersebut adalah Ing Madya Mangun Karsa. “Ing Madya” berarti “di tengah”, “mangun” berarti membangun atau memberikan, dan “Karsa” dari kata prakarsa berarti ide atau gagasan.
Jadi Ing Madya Mangun Karsa berarti yang di tengah harus memberikan ide, gagasan. Maknanya sebagai seorang pendidik yang berada di tengah-tengah muridnya harus merangsang terciptanya ide dan gagasan-gagasan.
Guru dan orang tua juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan anak dan murid-muridnya. Hubungan komunikasi yang baik ini akan membuat anak-anak terbuka dalam menyampaikan masalah dan pemikirannya.
Dengan begitu setiap masalah dapat dipecahkan secara bersama-sama. Anak-anak pun akan senang karena mendapat perhatian orang tua dan gurunya.
Di lingkungan keluarga, orang tua bisa membangun komunikasi dan hubungan baik dengan dongeng. Melalui dongeng, orang tua dapat memberikan pengertian, mengasah perasaan anak dan menghidupkan daya imajinasi anak.
Tut Wuri Handayani
Tut Wuri Handayani yang ditulis dalam logo Pendidikan Nasional memiliki makna ‘yang di belakang harus memberikan dorongan’.
Berdasarkan kodratnya, anak-anak memiliki kemampuan atau bakat yang berbeda-beda. Hal inilah yang harus dipahami setiap pendidik, guru dan orang tua agar bisa memfasilitasi, mendorong dan mengarahkan potensi si anak untuk mencapai cita-citanya.
Khususnya di era teknologi seperti saat ini, harusnya dimanfaatkan untuk mendukung perkembangan anak. Kita pun tidak dapat menutup diri dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini.
Ki Hajar Dewantara menyebutkan teknologi itu tidak bisa ditolak karena kebudayaan itu hidup dan berkembang menurut seleksi alam. Artinya, jika kebudayaan itu memang dibutuhkan maka ia akan tetap hidup.